Oleh : Tria (Alumni Sekolah Gender Angkatan IV)
Haii, perkenalkan nama aku Tria. Ini pertama kalinya aku mengikuti sekolah gender yang diadakan oleh LRC-KJHAM. Sebelumnya aku sudah mengetahui sedikit tentang gender dan perbedaannya dengan sex. Tetapi setelah dua hari aku mengikuti sekolah gender ternyata masih banyak hal yang masih belum aku ketahui terutama tentang bagaimana hukum mengatur pendiskriminasian terhadap perempuan dan bagaimana menjadi relawan yang siap mendampingi penyintas.
Ada salah satu materi yang sangat menarik pada saat kegiatan kemarin yaitu materi tentang konseling feminis. Dulu aku menganggap konseling hanya sekedar mendengarkan penyintas yang memang membutuhkan tempat untuk dia bercerita namun setelah kegiatan kemarin aku baru sadar ternyata untuk menjadi konselor kita tidak hanya mendengarkan saja tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menjadi seorang konselor harus memiliki mental yang kuat dan sehat ketika mendengarkan konseli bercerita. Konselor juga tidak boleh memaksakan kehendak pribadi untuk memutuskan perkara dari konseli karena keputusan seutuhnya ada di tangan konseling.
Pengetahuan tentang konseling feminis merupakan dasar utama yang diperlukan oleh seorang relawan muda. Karena kita tidak tahu mungkin ada teman di sekitar kita yang menjadi korban dan membutuhkan seseorang untuk menjadi teman cerita dan hal pertama yang relawan muda bisa berikan dengan cara konseling feminis. Penyintas pasti memiliki rasa trauma dan takut untuk menceritakan kejadian yang dialaminya. Disinilah relawan muda dapat mendampingi penyintas untuk memberikan rasa nyaman, aman, dan pemulihan terhadap psikologis penyintas. Kegiatan sekolah gender banyak memberikan pengetahuan baru untuk aku pribadi dan pastinya relawan muda yang ada di luaran sana membutuhkan kegiatan seperti ini untuk menambah kapasitas diri dalam melakukan pendampingan.